CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Senin, 29 Desember 2008

TRAGEDI ALUN-ALUN UTARA JOGJA BERDARAH

PIMPINAN CABANG
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
(Muhammadiyah Student Association)
A.R.FAKHRUDDIN KOTA YOGYAKARTA
Sekretariat : Jl. Sultan Agung No. 14 Yogyakarta
E-mail : immarfahrudin@yahoo.com, Blog : immarfahrudin.blogspot.com
_______________________________________________________________________________________
kronologis kejadian aksi
ikatan mahasiswa muhammadiyah yang tergabung dalam AMY (aliansi mahasiswa yogakarta) pada tanggal 16.12.08, dalam agenda menyambut Presiden SBY pada peresmian Taman Pintar.

Sejarah mahasiswa adalah sejarah perlawanan, gerakan intelektual tak jarang bertarung di jalanan dengan anarkisme dan sikap premanisme baik dari aparat maupun elemen-elemen yang tidak menginginkan dan apatis terhadap perubahan karena mereka telah terbuai dengan sistem yang telah dibangun, begitu juga yang terjadi pada tanggal 16 Desember 2008 di Yogyakarta telah menambah daftar sejarah kelam mahasiswa dan gerakan sosial pada umumnya dimana ketika para mahasiswa Yogyakarta yang tergabung dalam AMY melakukan aksi unjuk rasa menyambut kedatangan presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang juga pada hari itu berada di kota kebudayaan yang disebut juga kota pelajar dalam rangka peresmian Taman Pintar.
Pukul 15.00 masa AMY yang di dalamnya tergabung elemen-elemen gerakan mahasiswa Yogyakarta diantaranya IMM Cab. Ar. Fakhruddin, IMM Cab. Djazman Al-kindi, IMM Cab.BSKM KAMMI DIY, HMI-MPO Cab. Jogja, HMP-DPO Cab. Jogja, GMNI Jogja, GMKI, PMII Cab.Sleman, PMKRI bergerak dari halaman mesjid Gede menuju permpatan kantor POS Malioboro, seperti biasanya kidung-kidung perlawanan tak henti-hentinya keluar dari ±200 rongga mulut para demonstran yang tak pernah kelu karena rindu akan perubahan yang lebih baik bagi bangsanya. Mata yang merah karena marah, prasaan kecewa yang tak terwakilkan lagi, samangat yang tinggi dan keikhlasan berjuang menjadi salah satunya panji revolusi yang mendorong kami turun ke jalan untuk menyadarkan dan menggugat SBY karena gagalnya dia dalam mensejahtrakan rakyatnya.
25 menit berlalu sampailah barisan massa ke gerbang utama alun-alun utara, disana kami telah disuguhi sekitar 2 pleton barigade polisi yang turun dari 1 truk mobil pengangkut tambah anjing, proses negosisi pun berjalan demi tercapainya targetan aksi, dimana rencananya unjuk rasa kali ini akan di konsentrasikan di prempatan kantor POS Malioboro, negosiasi yang berjalan alot tidak menghasilkan sesuatu yang berarti bagi AMY, dan akhirnya kami memutuskan untuk sementara waktu mengkonsentrasikan massa di pintu gerbang alun-alun utara sambil menunggu proses negosisasi selanjutnya, orasi demi orasi disampaikan perwakilan elemen-elemen yang tergabung dalam AMY, semua rasa kecewa bertumpah ruah menggema disekitar alun-alun utara, bersahut-sahutan saling berebut dengan dengus mesin dari kendaraan yang berlalu-lalang disana, keluar masuk telinga seluruh warga Jogja yang juga hadir di sekitar alun-alun utara, seakan-akan memuncak dan menjelma menjadi sebuah raport dengan nama siswa Susilo Bambang Yodhoyono yang nilainya merah semua dan dipastikan tidak naik kelas.
AMY menilai pemerintahan SBY telah gagal dalam mensejahtrakan rakyat, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya terkesan mandul dan dipaksanakan sehingga solusi yang ditawarkan menjadi tidak solutif, mulai dari SKB 4 mentri yang kontroversi, dimana dengan harapan adanya kesepakan bersama 4 mentri tersebut bisa menyelamatkan perekonomian nasipnal, namun semua itu hanyalah mimpi yang ada malah menjerumuskan para buruh di Indonesia kedalam jurang perbudakan dan secara tidak langsung melegalkan penghisapan manusia antar manusia dimana kaum kapitalis menjadi lokomotoifnya, kemudian konversi energi dari minyak tanah ke gas (LPG) yang justru berimbas terhadap penderitaan rakyat yang semakin menjadi-jadi karena konversi energi tersebut tidak dibarengi dengan persiapan yang matang oleh pihak pemerintah maupun PERTAMINA sebagai BUMN, langka bahkan hilangnya LPG menjadi satu bukti kongkrit bahwa pemerintah tidak serius dalam mensejahterakan rakyatnya, sementara minyak tanah pun ikut menghilang di pasaran karena sudah ditarik oleh pemerintah walupun ada jumlahnya sangat sedikit dan distribusinya sangat dibatasi, harganya pun melambung tinggi melebihi harga premium yaitu di sekitaran harga Rp 8000,- dan penurunan harga BBM fase ke-2 dengan rincian Premiun dari harga Rp 5.500,- turun menjadi Rp 5000,- dan Solar dari 5000,- turun menjadi Rp. 4.800,-di claim menjadi prestasi sendiri bagi pemerintahan SBY karena sepanjang sejarah baru kali ini pemerintah menurunkan harga BBM, padahal merujuk pada harga minyak dunia yang kini turun secara drastis maka kebijakan penurunan harga minyak dalam negeri adalah suatu keharusan, ketika itu di claim sebagai prestasi justru disanalah terjadi kebohongan publik yang amat menyedihkan semua itu hanyalah manuver politik SBY saja sebagai modal awal dirinya untuk mengukuhkan kursi presiden untuk ke-2 kalinya melalui PEMILU 2009 nanti dan lagi-lagi rakyat dibohongi, dan banyak lagi kasus-kasus lain yang sampai kini terbengkalai baik itu kasus pelanggaran HAM sampai persoalan peranan pemerintah dalam mengayomi dan melindungu rakyatnya seperti terbengkainya kini nasib ribuan warga Sidoarjo yang rumah dan tanah kelahirannya ditelan lumpur maut LAPINDO.
Waktu menunjukan kira-kira jam 15.30 massa aki AMY sedikit kehilangan kesabaran dan mencoba menerobos brigade polisi yang menghalang jalan ke arah perempatan kantor POS malioboro, namun aksi tersebut juga tidak berhasil kemudian massa aksi mulai tenang kembali, para Korlap coba membakar semangat para agen perubahan tersebut dengan menyanyikan yel-yel perlawanan namun beberapa saat kemudian segerombolan orang bertampang preman, berbadan kekar, berseragam Hijau-Hitam dan Hitam-hitam langsung menyerang kami dari belakang barisan brigade polisi, massa aksi AMY di dorong sambil deselangi dengan tendangan dan bogem mentah dari kepalan-kepalan tangan yang bisa dianggap cukup besar, para demonstran satu persatu tersungkur, terseret dan tidak lama kemudian massa aksi dari AMY dipukul mundur, namun apa yang terjadi tidak sedikit pun para polisi yang katanya pengayom dan pelindung rakyat, yang waktu itu menemani kami dengan dalih mengamankan jalannya aksi tersebut bergerak, jangankan melindungi para demonstran untuk melerai saja mereka tidak ada, mereka hanya menikmati pemandangan para demonstran yang didorong dan ditendangi layaknya anjing kampung yang tak berharga, ketika keributan mulai mereda akhirnya kami bisa melihat muka sangar dan brigade di baju seragamnya yang bertuliskan FAKI (Forum Anti Komunis Indonesia), lalu kepala kami pun di tumbuhi berjuta tanya akan independensi kepolisian, ketika mereka diam seakan tak berdaya dan hilang semua kewajiban dan tugasnya dalam melindungi rakyat ketika berbagai tindakan represif FAKI terhadap massa aksi AMY, padahal notabenenya posisi FAKI dan kawan-kawan yang tergabung dalam AMY adalah sama, sama-sama warga sipil dan tidak punya hak dan dasar hukum akan tindakan atau perlakuan mereka terhadap AMY, bila berbicara dalam konteks organisasi mereka juga pasti tidak punya dasar apapun atas segala bentuk represifitas yang mereka lakukan, karena AMY bukanlah gerakan komunis, AMY adalah gearakan sosial mahasiswa, gerakan masyarakat yang sadar, gerakan yang berbasis intelektual yang tidak pantas diberlakukan seperti itu oleh siapa saja termasuk FAKI atau POLISI sekali pun. Ini sangat kontradiktif sekali dengan apa yang kini digiatkan oleh Bapak KAPOLRI yang anti tentang tindakan premanisme, apapun alasannya bentuk represifitas seperti yang dilakukan oleh anggota FAKI terhadap AMY bisa dikategorikan bentuk premanisme. Namun rupanya para polisi yang ada dilokasi aksi tersebut adalah aparat yang bengal atau entah pura-pura tidak mengerti akan hal tersebut, karena mungkin kehadiran dan tindakan FAKI tersebut dirasa ikut membantu dan memudahkan bagi POLISI untuk menjalankan tugasnya.
Namun dengan komitmen dan hasrat berjunag yang telah membatu dalam hati tak membuat semua itu berakhir, satu persatu para korlap coba menyatukan kembali simpul-simpul pergerakan, dan kini aksi unjuk rasa tersebut berada semakin jauh dari barisan brigade POLISI, di selangi beberapa orasi kemudian dilakukan proses negosiasi berikutnya, namun komandan pleton pasukan POLISI, Kasat Samapta Poltebes Yogyakarta KOMPOL Suwandi yang hadir disana seperti kerasukan setan dia marah-marah dan mengancam akan membubarkan secara paksa apabila aksi unjuk rasa tidak diakhiri sekarang juga,menurutnya dia merasa malu ketika ada tamu negara yang datang disambut dengan unjuk rasa seperti ini, itu adalah satu-satunya statement terbodoh yang kami dengar dari seorang petinggi polisi, dia tidak merasa malu ketika tindakan dia mengancam membubarkan aksi unjuk rasa dengan paksa, membubarkan aksi massa dengan paksa secara tidak langsung telah membungkan suara rakyat dan jelas jelas menyalahi undang-undang yang secara penuh menjamin kebebasan berbicara dan berpendapat, ini adalah tindakan yang memalukan ditengah-tengah pencitraan negara demokrasi yang semenjak 10 tahun lalu dibangun. Namun dengan persuasif yang kebih aktif akhirnya dia memberikan kelonggaran asalkan massa aksi tidak lagi mendekati brigade POLISI. Setelah proses negosisi selesai ternyata kami tidak melihat itikad baik dari aparat yang mengawal kami pada waktu itu, mereka malah memperketat penjagaan dan menambah personil dengan mendatangkan para anggota ABRI.
Apa yang telah terjadi benar-benar tidak bisa diterima oleh massa aksi AMY, sambil menunggu turunnya emosi kembali aksi massa melakukan orasi-orasi politiknya sambil bahu-membahu meningkatkan ritme gerakan,. Waktu menunjukan pukul 16.25 para korlap merasa ritme gerakan sudah pada posisinya dan siap untuk mencoba melakukan manuver kembali, posisi awal massa aksi dengan berigade posisi berjarak ± 30 m dan kemudian Korlap menyerukan kepada massa aksi untuk maju melakukan 5 REVOLUSI, lalu semua massa akasi serentak berteriak RE...VO...LU... tiba-tiba terdengar kembali suara dari Komandan Polisi Suwandi memberi intstruksi pasukannya untuk maju dan membubarkan massa aksi. Awal bencana pun terjadi pada detik itu juga tiba-tiba para polisi maju secara serentak di ikuti oleh para anggota ABRI dan FAKI menerjang massa aksi, dan bentrokan fisik pun tidak lagi dapat dihindarkankan, dengan jumlah yang tidak seimbang satu-persatu massa aksi tumbang terkena pukulan dan tendangan para POLISI, tentara dan anggota FAKI, dan akhirnya massa aksi di pukul mundur, massa aksi yang terjatuh menjadi bulan-bulanan para anjing negara tersebut, mereka dikroyok bagaikan sebongkah bangkai yang dicabik-cabik puluhan serigala. Setelah kejadian itu kemudian tempo perlawanan mulai mereda dan kami menemukan 2 kawan kami yang berasal dari KAMMI terluka parah, salah satu diantaranya kami mendapatinya dengan kepala bocor dengan mulut dan hidung yang mengeluarkan darah dan satu lainnya terkapar tak dapat bernafas dengan mulut berdarah, lalu dengan cepat sebagian kawan-kawan yang tergabung dalam AMY melarikannya ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah.
Kini para oknom tersebut bukan hanya sebagai penikmat premanisme saja tapi menjadi pelaku aksi premanisme itu sendiri, rakyat yang seharusnya dilindungi dan diayomi dianggap seperti hama dan menjadi pengganggu saja. Seharusnya semua ini tidak lagi terjadi di era demokrasi seperti ini, ketika undang-undang telah menjamin warganya untuk bebas berorganisasi tapi masih saja ada intimidasi, ketika undang-undang menjamin warganya untuk berbas berbicara dan berpendapat selalu saja ada pihak-pihak yang mencoba membungkamnya, rentetan tragedi yang menimpa Aliansi Mahasiswa Yogyakarta pada tanggal 16 Desember 2008 adalah suatu bentuk pelanggaran HAM dan menodai kedaulatan rakyat sebagai core inti dari bangsa ini.
Massa aksi tercerai-berai dan baru pada pukul 16.45 para korlap mulai berusaha kembalai mengumpulkan massa aksi di tengah lapangan alaun-alun utara sambil menginstrusikan agar setiap elemen gerakan mengecek kembali massa aksi yang menjadi anggotanya masing-masing dan untuk bisa melaporkan kawan-kawan lain yang terluka, setelah dilakukan pendataan akhirnya dapat diketahui ada ± 13 orang terluka, 2 diantaranya luka berat.
Kemudian dilakukanlah pernyataan sikap disusul dengan penggugatan atas perlakuan represif aparat dan FAKI sebagai prosesi akhir dari aksi untjuk rasa tanggal 16 Desember 2008 tersebut. Itulah rentetan peristiwa berdarah yang kembali menodai gerakan mahasiswa dan gerakan sosial pada umumnya, yang lagi-lagi mengancam kedaulatan rakyat.
Dengan dipublikasikannya kronoligis kejadian alun-alun utara berdarah ini, kami atas nama Pimpinan Cabang IMM AR.Fakhrudin menyerukan untuk:
1. Tolak dan hentikan sekarang juga represifitas aparat terhadap mahasiswa.
2. Tangkap dan adili pihak-pihak / orang-orang yang terkait dalam segala bentuk represifitas dan premanisme dalam tragedi alun-alun utara berdarah 16 Desember 2008.
3. Stop premanisme dan selamatkan moral bangsa.

IMM AR.Fakhruddin Kota Yogyakarta
Yogyakarta, 19 Desember 2008

0 komentar: